Industri video game geger! Setelah bertahun-tahun hanya jadi rumor yang berseliweran di jagat maya, akhirnya Konami mengumumkan secara resmi bahwa mereka sedang mengembangkan remake dari salah satu game terpopuler mereka, Metal Gear Solid 3: Snake Eater. Banyak orang di kalangan komunitas penggemar Metal Gear yang berpendapat bahwa Snake Eater adalah entri terbaik di dalam seri tactical espionage action tersebut, terutama dari aspek cerita. Wajar kalau remake-nya banyak ditunggu massa.

Menurut pengakuan Konami, remake yang diberi judul Metal Gear Solid Delta: Snake Eater ini bakal setia pada visi game aslinya. Mereka tetap akan menyajikan cerita dan game design yang sama, bahkan masih menggunakan aktor-aktor sulih suara yang sama. Perubahan terletak di pembaharuan visual sesuai standar game AAA zaman sekarang, juga gameplay yang katanya akan “berevolusi” menjadi lebih modern.

Sayang, ada sebuah catatan besar. Sampai saat artikel ini ditulis, Konami tidak menyebut sama sekali tentang keterlibatan Hideo Kojima dalam pengembangan Metal Gear Solid Delta.

Sebenarnya Metal Gear Solid Delta bukan game Metal Gear pertama yang dikembangkan tanpa Hideo Kojima–dulu kita sudah pernah kedatangan Metal Gear Survive. Tapi di kasus Survive, dari awal memang tidak ada campur tangan Kojima sehingga kita bisa maklum apabila hasil akhirnya berbeda jauh dari seri Metal Gear biasanya. Kasus Delta berbeda, sebuah karya yang dulu dianggap luar biasa mendekati sempurna kini dibuat ulang tapi tanpa mengikutsertakan kreator aslinya. Apakah hasilnya akan memuaskan?

Satu hal yang sudah pasti adalah bahwa sebuah game tidaklah dibuat olah satu orang. Kojima memang punya peran penting sebagai director, producer, writer, juga designer. Namun pada proses pembuatan Metal Gear Solid 3 ada ratusan orang lain yang juga terlibat. Ada character designer, programmer, modeler, animator, dan entah posisi apa lagi yang tercatat di dalam layar Credits game tersebut. Metal Gear Solid 3 bisa menjadi sebuah game yang bagus bukan hanya gara-gara Kojima, tapi juga berkat kerja keras mereka. Bukan mustahil, apabila ada satu orang saja dalam tim itu yang diganti, maka Metal Gear Solid 3 tidak akan menjadi game sebagus yang kita tahu sekarang.

Begitu pula dalam remake ini nantinya. Bukan tidak mungkin, justru dengan tidak adanya Kojima, Metal Gear Solid Delta malah bisa jadi game yang lebih bagus dari harapan kita. Memang pernah saya mendengar, konon katanya Kojima adalah orang yang sulit diajak bekerja sama, sulit diatur, punya ego tinggi, dan sering menghamburkan anggaran. Karya-karyanya pun, tidak semua orang suka. Ada juga yang menganggap biasa saja, atau overrated. Death Stranding yang merupakan salah satu game favorit saya, malah banyak yang bilang jelek.

Tidak menutup kemungkinan, Metal Gear Solid Delta nantinya bakal jadi sebuah karya yang melampaui Kojima. Hanya saja… mungkin… bukan “A Hideo Kojima Game”.

Video game adalah sebuah karya seni. Di dalam proses produksinya memang banyak unsur teknis yang dilibatkan, akan tetapi di langkah yang paling mendasar, penciptaan video game berakar pada sebuah pemikiran kreatif atau imajinasi seseorang. Dan sebagai sebuah karya seni, bagus atau tidaknya sebuah game tidak bisa dinilai hanya dari value produksinya secara objektif saja. Karena seni itu soal rasa. Bukan bermaksud mengecilkan kontribusi mereka yang berjibaku di dapur produksi, tapi tidak bisa kita nafikan bahwa visi sang sutradaralah yang menentukan seperti apa rasa yang dihasilkan di akhir. Karena itu sutradara–atau director–wajar mendapat perhatian dan penghargaan khusus. Ibarat mobil balap, bisa kita kagumi kecanggihan mesinnya tapi sutradara di balik kemudi yang menentukan bagaimana cara mobil itu melaju.

Hal-hal yang sifatnya berkaitan dengan “rasa” itu kadang sesuatu yang sifatnya tidak terduga. Kadang kalau dipikir secara logis mungkin tidak masuk akal, atau terkesan pointless untuk ditambahkan ke dalam karya. Masih terkenang di ingatan, momen paling berkesan yang saya rasakan ketika main Metal Gear Solid 2 adalah ketika Raiden mati terpeleset tai burung di pipa tanker. Dipikir-pikir, ngapain ya developer masukin fitur “bisa terpeleset kena tai burung” dalam sebuah game AAA. Sungguh tidak penting. Buang-buang waktu, buang-buang anggaran, buang-buang tenaga buat implementasi.

Seandainya fitur “bisa terpeleset kena tai burung” dihilangkan dari Metal Gear Solid 2, saya rasa Metal Gear Solid 2 tetap bakal jadi game yang bagus. Ceritanya keren. Plot twist-nya menarik. Pertarungannya seru. Gambarnya bagus. Soundtrack-nya mewah. Hanya saja, kalau itu dihilangkan… mungkin rasanya bakal jadi beda. Mungkin kalau unsur-unsur seperti itu dihilangkan, Metal Gear Solid 2 tidak akan lagi menjadi “A Hideo Kojima Game”.

Entahlah. Kamu ingin main game bagus, atau ingin main “A Hideo Kojima Game”? Saya rasa itu pertanyaan terpentingnya.